Dengan berorganisasi,
banyak hal yang akan dimungkinkan. Organisasi nggak ada bedanya dengan sebuah
rumah yang bisa memudahkan para penghuninya berkomunikasi dan berinteraksi
dengan efektif. Karena itu, berorganisasi adalah kemauan dasar yang harus
dimiliki setiap mahasiswa. Berorganisasi memberi ruang kepada mahasiswa untuk
berlatih membangun rumah yang efektif dan nyaman untuk masyarakatnya. Agar
kelak ia bisa membangun rumah masa depan untuk desanya, kabupatennya, propinsinya
atau bahkan negaranya.
Mahasiswa yang aktif
berorganisasi biasanya lebih rasional dan peka terhadap dinamika masyarakat
sekitarnya. Ini sejalan dengan esensi dari berorganisasi, yakni bersosialisasi
dengan lingkungan dan orang lain. Salah satu karakteristik yang didapat oleh
seorang mahasiswa dalam berorganisasi adalah kepekaannya terhadap kehidupan
serta keterbukaannya berdialog.
Memang ada sekelompok
mahasiswa yang berpendapat bahwa mahasiswa yang aktif berorganisasi telah
percuma. Ini pendapat sesaat. Tugas mahasiswa memang belajar dan secepatnya
menyelesaikan kuliah. Tapi tak semua pelajaran ada dalam kitab. Ada ilmu yang
tumbuh dan berkembangnya hanya di masyarakat. Inilah signifikannya
bersosialisasi dengan lingkungan. Setinggi-tingginya orang belajar, ia tetap
harus pulang ke “rumahnya” – ke masyarakatnya. Pengalaman berorganisasi membuat
mahasiswa suatu hari nanti akan lebih mudah bersosialisasi dengna siapa saja.
Menjadi aktifis
organisasi sejatinya bukan hanya untuk pamer demo, berteriak-teriak di tengah
jalan raya sambil menepuk dada. Kematangan seorang aktivis ada pada kedewasaan
berpikirnya. Ia harus mampu berargumentasi dengan nalar yang logis. Aktivis
sejati adalah mereka yang menghargai orang lain.
Melihat gerakan
mahasiswa saat ini sudah mulai kehilangan arah. Suka dan asyik mengkritik tapi
sandarannya hanya bertumpu pada gerakan mencari-cari kesalahan orang lain.
Melebar kemana-mana. Jika ingin kritis mahasiswa harus punya konsep yang
jernih, mulai dari pemahaman terhadap akar masalah sampai solusinya.
Memang sulit untuk
membentuk diri menjadi aktivis sejati. Tapi ke depan, semua organisasi (intra
maupun ekstra) harus berpikir untuk membentuk anggotanya menjadi aktifis
sejati. Peranan dan tujuan organisasi mahasiswa ke depan harus menyesuaikan
diri dengan dinamika zaman.
Organisasi mahasiswa
mendatang harus lebih sadar terhadap lingkungan. Kesadaran akan keterbatasan
sumber daya termasuk kebutuhan atas bahan pokok umat manusia. Itulah kearifan
yang harus ditegakkan dimasa datang. Sebab ketergantungan umat manusia kepada
sumber daya yang terkandung di dalam bumi dan sekitarnya akan meningkat.
Sementara itu bumi dan sumber daya tidak pernah bertambah, bahkan yang terjadi
malah sebaliknya. Sederhanakah tantangan ini ? sungguh tak sederhana. Inilah
tantangan mahasiswa Indonesia ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar