Pages

Minggu, 23 November 2014

Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel Orizuka "FATE"



IDENTITAS BUKU
Fate
Penulis : Orizuka
Penyunting : Agatha tristanti
Penata letak : anindya Pithaloka
Desain sampul : tedy Hanggara
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Cetakan I, 2012
Cetakan II, 2012
Diterbikan oleh Authorized Books
Perpustakaan Nasional RI : katalog Dalam Terbitan (KDT)
Orizuka
Fate/Orizuka
-Cet. 1-Jakarta : Authorized Books 2012
297 hlm, 14cm x 20cm
ISBN 978-602-96894-2-6



DISTRIBUSI OLEH :
PT Niaga Swadaya Nusantara
Jl. Gunung Sahari III/7
Jakarta 10610
Telp. (021) 424402, 4255354
Fax. (021) 4214821

BIODATA PENULIS
Orizuka adalah seorang novelis yang debut pada akhir tahun 2005 dengan novel Me & My Prince Charming terbitan puspa swara. Setelah itu, orizuka manghasilkan tiga belas karya berturut-turut, yaitu Summer Breeze, Duhh…. Susahnya Jatuh cinta…!, Miss J, High School Paradise, Fight for Love!, Love United: High School Paradise Second Half, The Truth about Forever, 17 Years of Love Song, the Shaman, FATE, Our Story, Infinitely Yours dan Oppa & I,. salah satu novelnya yaitu Summer Breeze, telah diangkat ke dalam film layar lebar oleh Credo Pictures pada tahun 2008.
FATE adalah karyanya yang kesebelas, sekaligus merupakan ‘comeback’-nya dalam dunia penulisan fiksi setelah dua tahun hiatus. Menyentuh kebudayaan dari dua negara sahabat Indonesia dan Korea Selatan, Orizuka berusaha menyalurkan hobinya tentang negara tersebut ke dalam sebuah karya mengenai keluarga dan cinta.
Saat ini, Orizuka sedang menyelesaikan novel kelima belasnya.

SINOPSIS
Jang Min Ho dan Jang Min Hwan.

Dua bersaudara yang dipisahkan oleh keinginan sang Ibu yang tak menginginkan Min Hwan—si anak tiri—untuk hadir di kediaman keluarga Jang. Dendam yang telah bertahun-tahun dipendam pun mencuat tatkala mereka bertemu satu sama lain. Keinginan untuk membalas apa yang telah
dilakukan ayahnya membuat Min Hwan menjadi membenci kakak tirinya itu.
Di saat keadaan semakin sulit, hadirlah Adena, teman masa kecil mereka yang merupakan anak kepala pelayan, yang membuat keadaan tidak seburuk semula. Namun, siapa yang tahu apa yang ada di dalam hati masing-masing putra Jang itu? Nasiblah yang membawa mereka bertemu kembali. Bertemu dan tinggal di tempat yang sama, satu atap, demi menunaikan perintah terakhir abeoji—ayah—mereka. Meski hati tak menginginkan hal itu, namun tak ada yang dapat membantah keinginan ayah mereka.
Tinggal bersama, satu atap, sering bertemu, membuat mereka tidak terlalu kaku lagi. Dan mereka pun mulai mencoba untuk menerima hidup ini apa adanya.
Keadaan pun berangsur membaik. Hubungan Min Hwan dan Min Ho pun berlangsung layaknya saudara kandung. Adena pun merasa bahagia melihat kedua oppa—kakak—nya yang kembali berbaikan. Semua merasa bahwa takdir itu memang ada untuk mempertemukan mereka dan menyatukan mereka.
Namun, di saat keadaan berangsur membaik, terkuaklah satu misteri yang membangkitkan amarah dan dendam masa lalu, membuat Jang Min Hwan shock dan menyesali takdirnya.
Ia pun merasa bahwa tak ada artinya lagi ia terus berada di rumah itu dan mempercayai takdirnya. Ia harus pergi. Akhirnya, ia pun kembali ke Korea. Min Ho, yang terkejut melihat Min Hwan kabur begitu saja, mencoba mencari titik masalah yang membuat adiknya kabur. Maka sangat shock-lah ia saat mengetahui kenyataan pahit yang melibatkan Ayahnya, Ibu Min Hwan, dan Min Hwan sendiri.
Min Ho dan Dena yang tak ingin Min Hwan sendiri dan putus asa pun mengejar kembali ke Korea. Meski sulit, namun akhirnya mereka berhasil menemukan Min Hwan. Min Hwan menolak setengah mati keinginan mereka untuk kembali ke Indonesia. Ia tak mau tersakiti lebih dalam lagi. Cukup sampai disini nasib yang pahit melukainya.
Ketetapan Tuhan. Sesuatu yang tak dapat diubah oleh manusia. Nasib setiap orang berbeda-beda. Ada yang bernasib baik, ada yang bernasib buruk. Dua bersaudara yang dilahirkan dengan nasib berbeda.
  

UNSUR INTRINSIK NOVEL



TEMA
Tema dari novel ini adalah cinta segitiga.

Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut “…”Min Hwan Oppa sekarang sudah seperti apa, ya ?” gumam Dena sambil menerawang. Min Ho ikut menerawang, memikirkan adik yang sudah seouluh tahun tidak dilihatnya…” ( Hal 17 )
  
ALUR
Di dalam novel ini menggunakan alur maju dan alur mundur.

Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut “…Min Ho ingat saat Min Hwan pertama kali memanggilnya ‘hyeong’. Kata itu terdengar begitu magis di telinga Min Ho. Ia juga ingat saat Min Hwan bersusah payah memanggilnya ‘hyeong’ lagi setelah ia dewasa…”

Dapat juga di buktikan dengan kutipan berikut “…kedua anak keluarga jang akan kembali tinggal bersama disini. Dirumah ini, seperti dulu…”

a.       Pemaparan
“…seorang gadis berusia dua puluh satu tahun tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. Seorang wanita tengah baya mengenakan seragam hitam putih sedang menatapnya sambil berkacak pinggang. “apa yang sedang kau lakukan? Tak bisakah kau membantuku/” seru wanita itu…” (hal 11)

b.      Penanjakan
“…Jang Dae Gwan. Kepala keluarga Jang yang baik itu telah tiada. Pria karismatik berusia lima puluh Sembilan tahun yang sudah Dena anggap sebagai ayahnya sendiri itu telah pergi untuk selamanya. Kemarin, ia meninggal di tempat tidur setelah pulang dari kemoterapi. Dena lah yang menemukan tubuh kakunya di tempat tidur saat akan membangunkannya untuk makan siang. Dena kembali merasakan air mata di pelupuk matanya. Ia masih belum bisa meneruma kenyataan ini. Kepergian orang yang sangat dihormatinya itu terlalu mendadak…” (hal. 11)

c.       Konflik
“…”Dari surat dan map yang kami temukan di brankas tersembunyi di ruang kerjanya, kami mengetahui suatu kenyataan menyakitkan, “lanjut Anto lagi, lalu terdiam sesaat, seolah ragu dengan apa yang akan dikatakannya. “kenyataan bahwa Min Hwan Doryeonnim bukanlah putra keluarga Jang”…” (hal. 219)

d.      Klimaks
“…”Aku bertemu dengannya di kapal pesiar dua puluh tiga tahun yang lalu. Saat itu aku sedang mengandungmu.” Yeon Hee mengingat pertemuannya dengan seorang pria paruh baya yang baik hati itu. “dia benar-benar sosok yang baik dan berwibawa. Dan dari sana aku tahu kalau ia tinggal di Indonesia dan pumya perusahaan.”
Min Hwan merasa otaknya sekarang seperti mau meledak. Ia tak sanggup lagi menerima kenyataan lain.” Saat kembali dari pesiar, Lee Seung Ho bunuh diri. Karena putus asa, akhirnya aku menyusun rencana. Aku mengatakan pada Koran lokal bahwa dia suami ku dan bunuh diri karena dipecat oleh jang Sajangnim. Koran yang sudah sekarat itu percaya begiti saja dan menuatnya. Aku lalu mengguntingnya dank u kirim ke Indonesia beserta surat.” Yeon Hee mengingat apa yang telah dilakukannya dulu.” Awalnya aku piker dia tak akan termakan, tapi dia akhirnya percaya. Dia lalu menyuruh ku untuk mendaftarkan mu senagai anaknya. Aku tak bisa lebuh bahagia lagi. Kau akhirmya punya ayah, dan kaya seperti dia…”
(hal. 232)

e.      Peleraian dan Penyelesaian
“…”Min Hwan Oppa tak akan bisa menjadi oramg yag bai hati dan penyayang seperti Jang Sajangnim, “kata Dena lagi, menganggap ini kesempatan bagus untuk membalas dendam atas segala yang pernah Min Hwan lakukan padanya…” (hal. 286)
  
PENOKOHAN
Penokohan dalam novel ini adalah :
1.    Dena adalah gadi berusia dua puluh satu tahun yang sangat sopan, rajin, periang, bawel, penyayang, dan pemimpi. Ia adalah pembantu rumah tangga di keluarga  Jang.

Kutipan : “…seorang gadis berusia dua puluh satu tahun tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. Seorang wanita tengah baya mengenakan seragam hitam putih sedang menatapnya sambil berkacak pinggang…” ( hal 11 )

2.    Jang Dae Gwan adalah seorang pria karismatik berusia lima puluh Sembilan tahun yang sangat baik, bijaksana, dan pemaaf.

Kutipan : “…Jang Dae Gwan memang orang yang baik. Yak heran jika banyak teman dan kerabat yang ingin memberikan salam terakhir sebelum ia dikremasi…”

3.    Anto adalah pengacara yang sangat dipercaya oleh keluarga Jang. Ia sangat baik berbakat, bijaksan, dan tegas.

Kutipan : “…ia menyukai laki-laki awal empat puluhan di depannya ini. Ia adalah pengacara muda yang baik, berbakat, dan sangat dipercaya oleh Dae Gwan untuk mengurus segala permasalahannya…” ( hal 14 )

4.    Min Ho adalah pria dewasa yang sangat baik , bijaksana, dan tampan.

Kutipan : “…Min Ho sudah menjadi pria dewasa yang sangat tampan dan membuat Dena salah tingkah hanya dengan berada di sampingnya…” ( hal 15 )

5.    Min Hwan adalah seorang pria yang sangat keras kepala, ceroboh, egois dan pemarah.

Kutipan : “…Min Hwan hanya berdecak. “sudahlah. Sekarang dimana mobilnya? Aku kepanasan!” seru Min Hwan, membuat dena sigap berjalan cepat ke parkiran. Min Hwan mengikutinya dari belakang sambil menggerutu…” ( hal 25 )

6.    Gatot adalah kepala pelayan rumah keluarga Jang yang sangat baik dan dapat dipercaya.

Kutipan : “…Dena menggigit bibir, mencoba untuk menahan air mata yang sudah akan jatuh lagi. Tepat pada saat itu, Gatot, kepala pelayan rumah itu sekaligus ayah Dena, masuk ke dapur…” ( hal 12 )

7.     Nicole adalah seorang wanita yang manja dan sangat cerewet.

Kutipan : “…”jangan bilang ini foto kalian saat masih kecil? Aku sangat iri padamu. Kau mengenal Min Ho Oppa semenjak lahir kan? Sedangkan aku baru mengenalnya selama empat tahun” kelunya, membuat mata Dena melebar…” ( hal 158)

8.   Yeon Hee adalah ibu kandung dari Min Hwan yang sangat jahat dan licik

Kutipan : “…tiga tahun berlalu, Yeon Hee sudah menjadi pelacur kelas atas dan berada di atas Princesa Marissa, kapal pesiar milik Siprus yang akan mengarungi laut Mediterania, dari Siprus menuju Israel…” (hal. 263)

LATAR
a.     Latar waktu
Latar waktu menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan.

Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan cerita, yakni :
“…”sudahlah. Sekarang dimana mobilnya? Aku kepanasan!” seru Min Hwan, membuat denah sigap berjalan cepat ke parkiran. Min Hwan mengikutinya dari belakang sambil menggerutu, masih berusaha berkenalan dengan matahari Indonesia yang sangat terik…” (hal. 25)

“…tadi pagi, gadis itu menyerbu masuk kamarnya dan membangunkannya denga cara bar-bar…” (hal. 64)

“…”memangnya semalam ada apa?” goda Dena, membuat Min Hwan mendeliknya galak. Dena sekarang malah tertawa alas santa…” (hal. 79)

b.    LATAR TEMPAT
Mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi dan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan cerita, yakni :
Ø Apartemen Trump Parc east, Manhattan, New York
Kutipan : “…Jang Min Ho menatap Central Park yang ramai dari jendela kamarnya yang berada di lantai lima…” (hal. 7)

Ø Rumah keluarga Jang
Kutipan : “…Hwan muncul di rumah keluarga Jang untuk yang pertama kalinya…” (hal. 13)

Ø Cheono il-dong, Distrik Gangdong, Seoul
Kutipan : “…Min Hwan berjalan tersaruk menyusuri jalan yang dulu sering dilaluinya. Jalan menuju rumah mungilnya di timur kota Seoul…” (hal. 229)

Ø Bandara Internasional Incheon, Incheon
Kutipan : “…Dena menengadahkan kepala, menatap langit Incheon yang berwarna abu-abu gelap. Seumur hidupnya, baru kali ini Dena menginjakkan kaki di Korea Selatan…” (hal. 237)

Ø Kapal Pesiar Princesa Marissa, Laut Mediterania, Siprus
Kutipan : “…tiga tahun berlalu, Yeon Hee sudah menjadi pelacur kelas atas dan berada di atas Princesa Marissa, kapal pesiar milik Siprus yang akan mengarungi laut Mediterania, dari Siprus menuju Israel…” (hal. 263)

SUDUT PANDANG (POINT OF VIEW)
Ø Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama “Aku” (Aku tokoh utama) dan orang ketiga “Dia” (orang ketiga) yang mengisahkan berbagai macam tingkah laku yang di dalamnya, baik yang bersifat bathiniah dalam diri sendiri maupun fisik.

Hal ini dapat dibuktikan dalam ktipan berikut :
Orang pertama :
“…aku tak bisa membiarkan ibumu membuangmu kesini, tapi aku juga tak bisa memikirkan kemungkinan kau akan ditalantarkannya disana. Setelah berfikir keras, akhirnya aku memutuskan untuk menyelamatkanmu dengan mengangkatmu sebagai anak…” (hal. 285)
Orang ketiga :
“…ia tahu, jauh di lubuk hatinya, ia sudah memaafkan ayahnya, tetapi entah mengapa ia tidak bisa mengatakannya. Ada sesuatu yang masih mengganjal dihatinya…”

Kutipan lain : “…Dena bisa jadi fotogenik kalau ia tidak selalu menundukkan kepala dengan angle tertentu sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya setiap kali difoto…”

GAYA BAHASA DAN NADA
Gaya bahasa dalam novel ini adalah : pengarang dalam menulis novel ini tidak menggunakan bahasa yang baik (tidak baku) sehingga pembaca kurang mengerti.

Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut : “…”Doryeonnim? Min Ho doryeonnim!” pemuda tegap berusia dua puluh lima tahun itu tak mendengar. Atau lebih tepatnya, tak ingin mendengar…” (hal. 7)

Kutipan lain : “…”Arasseoyo,” kata Min Hwan datar, lalu menutup ponsel dengan tatapan kosong…” (hal. 9)

AMANAT
Dalam novel ini memiliki amanat yang mengajak kita untuk jangan menyesali dan lari dari takdir. Meskipun takdir kita buruk dan tidak sebagus takdir siapapun, kita harus tetap menerimanya karena pasti ada hikmah di balik semua itu. Dan jangan suka ber buruk sangka terhadap orang lain.


UNSUR EKSTRINSIK NOVEL  



   I.      NILAI SOSIAL
Nilai social adalah nilai yang dianut oleh masyarakat mengenai apa yang dianggap baik atau buruknya oleh masyarakat.

Nilai social dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :

“…aku tak bisa membiarkan ibumu membuangmu kesini, tapi aku juga tak bisa memikirkan kemungkinan kau akan ditalantarkannya disana. Setelah berfikir keras, akhirnya aku memutuskan untuk menyelamatkanmu dengan mengangkatmu sebagai anak…” (hal. 285)

  II.      NILAI AGAMA
Nilai agama adalah nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan atau ajaran yang bersumber dari agama tertentu.

Nilai agama dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :

“…Dena memperhatikan Min Ho yang sibuk menjabat tangan beberapa orang korea yang datang ke acara kremasi jasad Jang Dae Gwan. Min Ho tidak sehisteris kemarin, namun tetap saja air matanya jatuh saat jasad ayahnya dimasukkan ke dalam kremator. Para pelayan, termasuk Gatot dan Dena pun menangis melihat kepergian tuan besarnya…” (hal. 19)

Kutipan lain :

“…Dena memperhatikan punggung Min Ho dari dapur. Sepulang menebar abu ayahnya dilaut, Min Ho langsung meletakkan sisanya di samping abu ibunya di ruang tengah. Dan sampai sekarang, Min Ho masih menatap dua guci yang saling berdampingan itu, mengkin sedang berdoa…” (hal. 20)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar