IDENTITAS
BUKU
Fate
Penulis
: Orizuka
Penyunting
: Agatha tristanti
Penata
letak : anindya Pithaloka
Desain
sampul : tedy Hanggara
Hak
cipta dilindungi oleh undang-undang
Cetakan
I, 2012
Cetakan
II, 2012
Diterbikan
oleh Authorized Books
Email
: authorizedbooks@gmail.com
Perpustakaan
Nasional RI : katalog Dalam Terbitan (KDT)
Orizuka
Fate/Orizuka
-Cet.
1-Jakarta : Authorized Books 2012
297
hlm, 14cm x 20cm
ISBN
978-602-96894-2-6
DISTRIBUSI OLEH :
PT Niaga Swadaya Nusantara
Jl. Gunung Sahari III/7
Jakarta 10610
Telp. (021) 424402, 4255354
Fax. (021) 4214821
BIODATA PENULIS
Orizuka adalah seorang novelis yang debut pada akhir tahun
2005 dengan novel Me & My Prince Charming terbitan puspa swara. Setelah
itu, orizuka manghasilkan tiga belas karya berturut-turut, yaitu Summer Breeze,
Duhh…. Susahnya Jatuh cinta…!, Miss J, High School Paradise, Fight for Love!,
Love United: High School Paradise Second Half, The Truth about Forever, 17
Years of Love Song, the Shaman, FATE, Our Story, Infinitely Yours dan Oppa
& I,. salah satu novelnya yaitu Summer Breeze, telah diangkat ke dalam film
layar lebar oleh Credo Pictures pada tahun 2008.
FATE adalah karyanya yang kesebelas, sekaligus merupakan
‘comeback’-nya dalam dunia penulisan fiksi setelah dua tahun hiatus. Menyentuh
kebudayaan dari dua negara sahabat Indonesia dan Korea Selatan, Orizuka
berusaha menyalurkan hobinya tentang negara tersebut ke dalam sebuah karya
mengenai keluarga dan cinta.
Saat ini, Orizuka sedang menyelesaikan novel kelima
belasnya.
SINOPSIS
Jang Min Ho dan Jang Min Hwan.
Dua bersaudara yang dipisahkan oleh keinginan sang Ibu yang tak menginginkan Min Hwan—si anak tiri—untuk hadir di kediaman keluarga Jang. Dendam yang telah bertahun-tahun dipendam pun mencuat tatkala mereka bertemu satu sama lain. Keinginan untuk membalas apa yang telah dilakukan ayahnya membuat Min Hwan menjadi membenci kakak tirinya itu.
Jang Min Ho dan Jang Min Hwan.
Dua bersaudara yang dipisahkan oleh keinginan sang Ibu yang tak menginginkan Min Hwan—si anak tiri—untuk hadir di kediaman keluarga Jang. Dendam yang telah bertahun-tahun dipendam pun mencuat tatkala mereka bertemu satu sama lain. Keinginan untuk membalas apa yang telah dilakukan ayahnya membuat Min Hwan menjadi membenci kakak tirinya itu.
Di saat keadaan semakin sulit,
hadirlah Adena, teman masa kecil mereka yang merupakan anak kepala
pelayan, yang membuat keadaan tidak seburuk semula. Namun, siapa yang tahu apa
yang ada di dalam hati masing-masing putra Jang itu? Nasiblah yang membawa
mereka bertemu kembali. Bertemu dan tinggal di tempat yang sama, satu atap,
demi menunaikan perintah terakhir abeoji—ayah—mereka. Meski hati tak
menginginkan hal itu, namun tak ada yang dapat membantah keinginan ayah mereka.
Tinggal bersama, satu atap, sering bertemu,
membuat mereka tidak terlalu kaku lagi. Dan mereka pun mulai mencoba untuk
menerima hidup ini apa adanya.
Keadaan pun berangsur membaik. Hubungan Min
Hwan dan Min Ho pun berlangsung layaknya saudara kandung. Adena pun merasa
bahagia melihat kedua oppa—kakak—nya yang kembali berbaikan. Semua merasa
bahwa takdir itu memang ada untuk mempertemukan mereka dan menyatukan mereka.
Namun, di saat keadaan berangsur membaik,
terkuaklah satu misteri yang membangkitkan amarah dan dendam masa lalu, membuat
Jang Min Hwan shock dan menyesali takdirnya.
Ia pun merasa bahwa tak ada artinya lagi ia
terus berada di rumah itu dan mempercayai takdirnya. Ia harus pergi. Akhirnya,
ia pun kembali ke Korea. Min Ho, yang terkejut melihat Min Hwan kabur begitu
saja, mencoba mencari titik masalah yang membuat adiknya kabur. Maka
sangat shock-lah ia saat mengetahui kenyataan pahit yang melibatkan
Ayahnya, Ibu Min Hwan, dan Min Hwan sendiri.
Min Ho dan Dena yang tak ingin Min Hwan
sendiri dan putus asa pun mengejar kembali ke Korea. Meski sulit, namun akhirnya
mereka berhasil menemukan Min Hwan. Min Hwan menolak setengah mati keinginan
mereka untuk kembali ke Indonesia. Ia tak mau tersakiti lebih dalam lagi. Cukup
sampai disini nasib yang pahit melukainya.
Ketetapan Tuhan. Sesuatu yang tak dapat
diubah oleh manusia. Nasib setiap orang berbeda-beda. Ada yang bernasib baik,
ada yang bernasib buruk. Dua bersaudara yang dilahirkan dengan nasib berbeda.
UNSUR INTRINSIK NOVEL |
TEMA
Tema dari novel ini
adalah cinta segitiga.
Hal ini
dapat dibuktikan dengan kutipan berikut “…”Min Hwan Oppa sekarang sudah seperti
apa, ya ?” gumam Dena sambil menerawang. Min Ho ikut menerawang, memikirkan
adik yang sudah seouluh tahun tidak dilihatnya…” ( Hal 17 )
ALUR
Di dalam novel ini
menggunakan alur maju dan alur mundur.
Hal ini
dapat dibuktikan dengan kutipan berikut “…Min Ho ingat saat Min Hwan pertama
kali memanggilnya ‘hyeong’. Kata itu terdengar begitu magis di telinga Min Ho.
Ia juga ingat saat Min Hwan bersusah payah memanggilnya ‘hyeong’ lagi setelah
ia dewasa…”
Dapat juga
di buktikan dengan kutipan berikut “…kedua anak keluarga jang akan kembali
tinggal bersama disini. Dirumah ini, seperti dulu…”
a.
Pemaparan
“…seorang gadis berusia dua puluh
satu tahun tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. Seorang wanita tengah baya
mengenakan seragam hitam putih sedang menatapnya sambil berkacak pinggang. “apa
yang sedang kau lakukan? Tak bisakah kau membantuku/” seru wanita itu…” (hal
11)
b.
Penanjakan
“…Jang Dae Gwan. Kepala keluarga
Jang yang baik itu telah tiada. Pria karismatik berusia lima puluh Sembilan
tahun yang sudah Dena anggap sebagai ayahnya sendiri itu telah pergi untuk
selamanya. Kemarin, ia meninggal di tempat tidur setelah pulang dari
kemoterapi. Dena lah yang menemukan tubuh kakunya di tempat tidur saat akan
membangunkannya untuk makan siang. Dena kembali merasakan air mata di pelupuk
matanya. Ia masih belum bisa meneruma kenyataan ini. Kepergian orang yang
sangat dihormatinya itu terlalu mendadak…” (hal. 11)
c.
Konflik
“…”Dari surat dan map yang kami
temukan di brankas tersembunyi di ruang kerjanya, kami mengetahui suatu
kenyataan menyakitkan, “lanjut Anto lagi, lalu terdiam sesaat, seolah ragu
dengan apa yang akan dikatakannya. “kenyataan bahwa Min Hwan Doryeonnim
bukanlah putra keluarga Jang”…” (hal. 219)
d.
Klimaks
“…”Aku bertemu dengannya di kapal
pesiar dua puluh tiga tahun yang lalu. Saat itu aku sedang mengandungmu.” Yeon
Hee mengingat pertemuannya dengan seorang pria paruh baya yang baik hati itu. “dia
benar-benar sosok yang baik dan berwibawa. Dan dari sana aku tahu kalau ia
tinggal di Indonesia dan pumya perusahaan.”
Min Hwan merasa otaknya sekarang
seperti mau meledak. Ia tak sanggup lagi menerima kenyataan lain.” Saat kembali
dari pesiar, Lee Seung Ho bunuh diri. Karena putus asa, akhirnya aku menyusun
rencana. Aku mengatakan pada Koran lokal bahwa dia suami ku dan bunuh diri
karena dipecat oleh jang Sajangnim. Koran yang sudah sekarat itu percaya begiti
saja dan menuatnya. Aku lalu mengguntingnya dank u kirim ke Indonesia beserta
surat.” Yeon Hee mengingat apa yang telah dilakukannya dulu.” Awalnya aku piker
dia tak akan termakan, tapi dia akhirnya percaya. Dia lalu menyuruh ku untuk
mendaftarkan mu senagai anaknya. Aku tak bisa lebuh bahagia lagi. Kau akhirmya
punya ayah, dan kaya seperti dia…”
(hal.
232)
e. Peleraian dan
Penyelesaian
“…”Min Hwan Oppa tak akan bisa
menjadi oramg yag bai hati dan penyayang seperti Jang Sajangnim, “kata Dena
lagi, menganggap ini kesempatan bagus untuk membalas dendam atas segala yang
pernah Min Hwan lakukan padanya…” (hal. 286)
PENOKOHAN
Penokohan dalam novel
ini adalah :
1. Dena adalah gadi
berusia dua puluh satu tahun yang sangat sopan, rajin, periang, bawel, penyayang,
dan pemimpi. Ia adalah pembantu rumah tangga di keluarga Jang.
Kutipan : “…seorang gadis berusia
dua puluh satu tahun tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. Seorang wanita
tengah baya mengenakan seragam hitam putih sedang menatapnya sambil berkacak
pinggang…” ( hal 11 )
2. Jang Dae Gwan adalah
seorang pria karismatik berusia lima puluh Sembilan tahun yang sangat baik,
bijaksana, dan pemaaf.
Kutipan : “…Jang Dae Gwan memang
orang yang baik. Yak heran jika banyak teman dan kerabat yang ingin memberikan
salam terakhir sebelum ia dikremasi…”
3. Anto adalah pengacara
yang sangat dipercaya oleh keluarga Jang. Ia sangat baik berbakat, bijaksan,
dan tegas.
Kutipan : “…ia menyukai laki-laki
awal empat puluhan di depannya ini. Ia adalah pengacara muda yang baik,
berbakat, dan sangat dipercaya oleh Dae Gwan untuk mengurus segala
permasalahannya…” ( hal 14 )
4. Min Ho adalah pria
dewasa yang sangat baik , bijaksana, dan tampan.
Kutipan : “…Min Ho sudah menjadi
pria dewasa yang sangat tampan dan membuat Dena salah tingkah hanya dengan
berada di sampingnya…” ( hal 15 )
5. Min Hwan adalah
seorang pria yang sangat keras kepala, ceroboh, egois dan pemarah.
Kutipan : “…Min Hwan hanya berdecak.
“sudahlah. Sekarang dimana mobilnya? Aku kepanasan!” seru Min Hwan, membuat
dena sigap berjalan cepat ke parkiran. Min Hwan mengikutinya dari belakang
sambil menggerutu…” ( hal 25 )
6. Gatot adalah kepala
pelayan rumah keluarga Jang yang sangat baik dan dapat dipercaya.
Kutipan : “…Dena menggigit bibir,
mencoba untuk menahan air mata yang sudah akan jatuh lagi. Tepat pada saat itu,
Gatot, kepala pelayan rumah itu sekaligus ayah Dena, masuk ke dapur…” ( hal 12
)
7. Nicole adalah seorang
wanita yang manja dan sangat cerewet.
Kutipan : “…”jangan bilang ini foto
kalian saat masih kecil? Aku sangat iri padamu. Kau mengenal Min Ho Oppa
semenjak lahir kan? Sedangkan aku baru mengenalnya selama empat tahun” kelunya,
membuat mata Dena melebar…” ( hal 158)
8.
Yeon Hee adalah ibu
kandung dari Min Hwan yang sangat jahat dan licik
Kutipan : “…tiga tahun berlalu, Yeon Hee sudah
menjadi pelacur kelas atas dan berada di atas Princesa Marissa, kapal pesiar
milik Siprus yang akan mengarungi laut Mediterania, dari Siprus menuju Israel…”
(hal. 263)
LATAR
a. Latar waktu
Latar waktu menggambarkan kapan
sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting
diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya
sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan.
Hal ini dapat
dibuktikan dalam kutipan cerita, yakni :
“…”sudahlah. Sekarang dimana
mobilnya? Aku kepanasan!” seru Min Hwan, membuat denah sigap berjalan cepat ke
parkiran. Min Hwan mengikutinya dari belakang sambil menggerutu, masih berusaha
berkenalan dengan matahari Indonesia yang sangat terik…” (hal. 25)
“…tadi pagi, gadis itu menyerbu
masuk kamarnya dan membangunkannya denga cara bar-bar…” (hal. 64)
“…”memangnya semalam ada apa?” goda
Dena, membuat Min Hwan mendeliknya galak. Dena sekarang malah tertawa alas
santa…” (hal. 79)
b. LATAR TEMPAT
Mengacu pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi dan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
Hal ini dapat
dibuktikan dalam kutipan cerita, yakni :
Ø Apartemen Trump Parc east,
Manhattan, New York
Kutipan : “…Jang Min Ho menatap Central Park yang ramai dari
jendela kamarnya yang berada di lantai lima…” (hal. 7)
Ø Rumah keluarga Jang
Kutipan : “…Hwan muncul di rumah keluarga Jang untuk yang
pertama kalinya…” (hal. 13)
Ø Cheono il-dong, Distrik Gangdong,
Seoul
Kutipan : “…Min Hwan berjalan tersaruk menyusuri jalan yang
dulu sering dilaluinya. Jalan menuju rumah mungilnya di timur kota Seoul…”
(hal. 229)
Ø Bandara Internasional Incheon,
Incheon
Kutipan : “…Dena menengadahkan kepala, menatap langit
Incheon yang berwarna abu-abu gelap. Seumur hidupnya, baru kali ini Dena
menginjakkan kaki di Korea Selatan…” (hal. 237)
Ø Kapal Pesiar Princesa Marissa, Laut
Mediterania, Siprus
Kutipan : “…tiga tahun berlalu, Yeon Hee sudah menjadi
pelacur kelas atas dan berada di atas Princesa Marissa, kapal pesiar milik
Siprus yang akan mengarungi laut Mediterania, dari Siprus menuju Israel…” (hal.
263)
SUDUT
PANDANG (POINT OF VIEW)
Ø Sudut pandang dalam novel ini adalah
sudut pandang orang pertama “Aku” (Aku tokoh utama) dan orang ketiga “Dia”
(orang ketiga) yang mengisahkan berbagai macam tingkah laku yang di dalamnya,
baik yang bersifat bathiniah dalam diri sendiri maupun fisik.
Hal ini dapat
dibuktikan dalam ktipan berikut :
Orang pertama :
“…aku tak bisa membiarkan ibumu
membuangmu kesini, tapi aku juga tak bisa memikirkan kemungkinan kau akan
ditalantarkannya disana. Setelah berfikir keras, akhirnya aku memutuskan untuk
menyelamatkanmu dengan mengangkatmu sebagai anak…” (hal. 285)
Orang ketiga :
“…ia tahu, jauh di lubuk hatinya, ia
sudah memaafkan ayahnya, tetapi entah mengapa ia tidak bisa mengatakannya. Ada
sesuatu yang masih mengganjal dihatinya…”
Kutipan lain : “…Dena bisa jadi fotogenik kalau ia
tidak selalu menundukkan kepala dengan angle tertentu sambil mengacungkan jari
telunjuk dan tengahnya setiap kali difoto…”
GAYA BAHASA
DAN NADA
Gaya bahasa dalam
novel ini adalah : pengarang dalam menulis novel ini tidak menggunakan bahasa
yang baik (tidak baku) sehingga pembaca kurang mengerti.
Hal ini dapat
dibuktikan dengan kutipan berikut : “…”Doryeonnim? Min Ho doryeonnim!” pemuda tegap berusia dua
puluh lima tahun itu tak mendengar. Atau lebih tepatnya, tak ingin mendengar…”
(hal. 7)
Kutipan lain : “…”Arasseoyo,” kata Min Hwan datar,
lalu menutup ponsel dengan tatapan kosong…” (hal. 9)
AMANAT
Dalam novel ini
memiliki amanat yang mengajak kita untuk jangan menyesali
dan lari dari takdir. Meskipun takdir kita buruk dan tidak sebagus takdir
siapapun, kita harus tetap menerimanya karena pasti ada hikmah di balik semua
itu. Dan jangan suka ber buruk sangka terhadap
orang lain.
UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
I.
NILAI SOSIAL
Nilai
social adalah nilai yang dianut oleh masyarakat mengenai apa yang dianggap baik
atau buruknya oleh masyarakat.
Nilai social dalam
novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :
“…aku tak bisa membiarkan ibumu
membuangmu kesini, tapi aku juga tak bisa memikirkan kemungkinan kau akan
ditalantarkannya disana. Setelah berfikir keras, akhirnya aku memutuskan untuk
menyelamatkanmu dengan mengangkatmu sebagai anak…” (hal. 285)
II.
NILAI AGAMA
Nilai
agama adalah nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan atau ajaran
yang bersumber dari agama tertentu.
Nilai agama dalam
novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut :
“…Dena memperhatikan Min Ho yang
sibuk menjabat tangan beberapa orang korea yang datang ke acara kremasi jasad
Jang Dae Gwan. Min Ho tidak sehisteris kemarin, namun tetap saja air matanya
jatuh saat jasad ayahnya dimasukkan ke dalam kremator. Para pelayan, termasuk
Gatot dan Dena pun menangis melihat kepergian tuan besarnya…” (hal. 19)
Kutipan lain :
“…Dena memperhatikan punggung Min Ho
dari dapur. Sepulang menebar abu ayahnya dilaut, Min Ho langsung meletakkan
sisanya di samping abu ibunya di ruang tengah. Dan sampai sekarang, Min Ho
masih menatap dua guci yang saling berdampingan itu, mengkin sedang berdoa…”
(hal. 20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar