“
Wonderful Profile of Husein Tabataba’i ”
Judul Buku : Doktor Cilik, Hafal dan Paham Al-Quran
Pengarang :
Dina Y sulaeman
Penerbit :
Pustaka Iman
Cetakan 1, Maret 2007
Cetakan 13, Januari 2008
Tebal :
xxx + 220 halaman
Harga buku : Rp
25.500
Dina Y Selaeman adalah
penulis dan penyiar di Radio Indonesia IRIB (Islamic Republic of Iran
Broadcasting), Taheran. Pada tahun 1996, ia pernah memenangi lomba menulis esai
tingkat nasional yang diselenggarakan JAL Foundation dan Ditjen Dikti. Peraih
beasiswa Summer Session Sophia University Tokyo ini, pada tahun 2004-2006
menyekolahkan dan menemani putrinya di kelas Jamiatul Quran Taheran, masa
ketika ia terkagum kagum pada keunikan sekolah hasil inspirasi bintang cilik
Husein Tabataba’i ini. Tulisan nonfiksinya seputar parenting, politik Timur
Tengah, dan keislaman di muat di Koran Padang Ekspres, Singgalang, Serambi
Minang, Haluan, Surabaya Pos, Jurnal Nasional, dan beredar dibeberapa website.
Buku yang pernah ditulis adalah “Oh Baby Blues”.
Buku ini menceritakan kisah
seorang anak Iran bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i, yang mulai belajar
Al Quran pada usia 2 tahun, dan berhasil hafal 30 juz dalam usia 5 tahun! Pada
usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi
juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam bahasa ibunya (Persia),
memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam
percakapan sehari-hari.
Bahkan dia mampu mengetahui
dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat, dan di baris ke berapa, di
kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran. Dia mampu secara berurutan
menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap halaman Al Quran, atau menyebutkan
ayat-ayat dalam satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama
(hal 18).
Yang lebih mengagumkan lagi,
di usia 7 tahun Husein berhasil meraih gelar doktor honoris causa dari Hijaz
College Islamic University, Inggris, pada Februari 1998. Saat itu, Husein
menjalani ujian selama 210 menit, dalam dua kali pertemuan. Ujian yang harus
dilaluinya meliputi lima bidang. Yakni, menghafal Al Quran dan menerjemahkannya
ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat Al Quran, menafsirkan dan
menerangkan ayat Al Quran dengan menggunakan ayat lainnya, bercakap-cakap
dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran, dan metode menerangkan makna Al Quran
dengan metode isyarat tangan.
Setelah ujian selesai, tim
penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil diraih bocah itu adalah 93.
Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 60-70 akan diberi
sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister kehormatan, dan di
atas 90 doktor kehormatan (honoris causa). Pada 19 Februari 1998, bocah Iran
tersebut menerima ijazah doktor honoris causa dalam bidang Science of The Retention
of The Holy Quran (hal 12-14).
Selama di Inggris, Husein
juga diundang dalam berbagai majelis yang diadakan komunitas muslim setempat.
Umumnya hadirin ingin menguji kemampuan bocah ajaib tersebut. Uniknya, Husein
menjawab semua pertanyaan dengan mengutip ayat Al Quran. Contohnya, dalam satu
forum seseorang bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang budaya Barat?” Husein
menjawab, “(Mereka) menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya.” (QS
19:59)
Penanya lain bertanya, “Apa
yang dilakukan Imam Khomeini terhadap Iran?” Husein menjelaskan, “(Dia)
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.”
(QS 7:15). Maksudnya, pada masa pemerintahan monarki, rakyat Iran terbelenggu
dan tertindas. Lalu Imam Khomeini memimpin revolusi untuk membebaskan rakyat
dari belenggu dan penindasan. (hal 19)
Membaca buku ini jangan
hanya terpukau pada kemampuan ajaib seorang Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i,
yang oleh orang Iran dijuluki sebagai “mukjizat abad 20″. Namun yang terpenting
adalah mengetahui proses pendidikan Al Quran yang dia jalani sehingga bisa
menguasai isi kitab suci dalam usia yang masih belia.
Untuk kasus Husein, proses pendidikan Al Quran telah dimulai sejak dia masih dalam kandungan. Orang tua Husein menikah ketika mereka masing-masing berusia 17 tahun, dan setelah menikah keduanya bersama-sama berusaha menghafal Al Quran. Tekad itu akhirnya tercapai enam tahun kemudian, ketika mereka berhasil menghafal 30 juz Al Quran. Dalam proses menghafal itu, keduanya membentuk kelompok khusus penghafalan Al Quran. Dalam kelompok itu, secara teratur dan terprogram, orang tua Husein dan rekan-rekannya yang juga berkeinginan untuk menghafal Al Quran, bersama-sama mengulang hafalan, mengevaluasi dan menambah hafalan. Orang tua Husein juga mendirikan kelas-kelas pelajaran Al Quran yang diikuti oleh para pencinta Al Quran.
Untuk kasus Husein, proses pendidikan Al Quran telah dimulai sejak dia masih dalam kandungan. Orang tua Husein menikah ketika mereka masing-masing berusia 17 tahun, dan setelah menikah keduanya bersama-sama berusaha menghafal Al Quran. Tekad itu akhirnya tercapai enam tahun kemudian, ketika mereka berhasil menghafal 30 juz Al Quran. Dalam proses menghafal itu, keduanya membentuk kelompok khusus penghafalan Al Quran. Dalam kelompok itu, secara teratur dan terprogram, orang tua Husein dan rekan-rekannya yang juga berkeinginan untuk menghafal Al Quran, bersama-sama mengulang hafalan, mengevaluasi dan menambah hafalan. Orang tua Husein juga mendirikan kelas-kelas pelajaran Al Quran yang diikuti oleh para pencinta Al Quran.
Seiring dengan kegiatan
belajar dan mengajar Al Quran orang tuanya, Husein dan saudara-saudaranya
tumbuh besar. Husein sejak kecil selalu diajak ibunya untuk menghadiri kelas-kelas
Al Quran. Meskipun di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan, namun
ternyata dia menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan, Husein sudah
menghafal juz ke-30 (juz amma) secara otodidak, hasil dari rutinitasnya dalam
mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan pengajar Al Quran, serta
aktivitas kakak-kakaknya dalam mengulang-ulang hafalan mereka. Melihat bakat
istimewa Husein, ayahnya, Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba’i, pun secara serius
mengajarkan hafalan Al Quran juz ke-29.
Setelah Husein berhasil
menghafal juz ke-29, dia mulai diajari hafalan juz pertama oleh ayahnya.
Awalnya, sang ayah menggunakan metode biasa, yakni membacakan ayat-ayat yang
harus dihafal, biasanya setengah halaman dalam sehari dan setiap pekan. Namun
ayahnya menyadari bahwa metode seperti itu memiliki dua persoalan. Pertama,
ketidakmampuan Husein membaca Al Quran membuatnya sangat tergantung kepada
ayahnya dalam mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah dihafal.
Kedua, metode penghafalan Al
Quran secara konvensional ini sangat ‘kering’ dan tidak cocok bagi psikologis
anak usia balita. Selain itu, Husein tidak bisa memahami dengan baik makna
ayat-ayat yang dihafalnya karena banyak konsep-konsep yang abstrak, yang sulit
dipahami anak balita.
Untuk menyelesaikan persoalan
pertama, Husein mulai diajari membaca Al Quran , agar dia bisa mengecek sendiri
hafalannya. Untuk menyelesaikan persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode
sendiri untuk mengajarkan makna ayat-ayat Al Quran, yaitu dengan menggunakan
isyarat tangan. Misalnya, kata Allah, tangan menunjuk ke atas, kata yuhibbu
(mencintai) , tangan seperti memeluk sesuatu, dan kata sulh (berdamai), dua
tangan saling berpegangan.
Ayah Husein biasanya akan
menceritakan makna suatu ayat secara keseluruhan dengan bahasa sederhana kepada
Husein. Kemudian dia akan mengucapkan ayat itu sambil melakukan gerakan-gerakan
tangan yang mengisyaratkan makna ayat.
Metode ini sedemikian
berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam menguasai ayat-ayat Al Quran sehingga
dengan mudah dia mampu menerjemahkan ayat-ayat itu ke dalam bahasa Persia dan
mampu menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari (hal 21-26).
Pembaca juga perlu menyimak
pengakuan Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba’i, yang menampik pendapat yang
mengatakan anaknya istimewa. Menurut Mahdi, Husein memiliki kemampuan di atas
rata-rata, dan setiap anak bisa saja dididik untuk memiliki kemampuan seperti
Husein. Namun, tentu saja, prakondisi dan kondisinya haruslah lengkap.
Misalnya, sejak sebelum masa kehamilan, kedua orang tua Husein sudah mulai
menghafal Al Quran. Selama masa kehamilan dan menyusui, ibunda Husein juga
teratur membacakan ayat-ayat suci untuk putranya. Dan sejak kecil Husein sudah
dibesarkan dalam lingkungan yang cinta Al Quran.
Ayahanda Husein juga berpesan,
bila orang tua menginginkan anaknya jadi pencinta Al Quran dan penghafal Al
Quran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah orang tua terlebih dahulu
juga mencintai Al Quran dan rajin membacanya di rumah. Husein sejak matanya
bisa menatap dunia telah melihat Al Quran, mendengarkan bacaan Al Quran, dan
akhirnya menjadi akrab dengan Al Quran (hal 38-40).
Bila ditinjau dari usia
Husein saat ini yang sudah menginjak 16 tahun, buku ini terbilang terlambat
diterbitkan. Harusnya diterbitkan 9 tahun lalu, saat Husein berusia 7 tahun dan
meraih doktor honoris causa dari Hijaz College Islamic University.
Sekalipun tokoh yang ditulis
sudah bukan anak-anak lagi, namun buku ini tetap menarik untuk dibaca,
khususnya bagi keluarga muslim yang mendambakan generasi qurani, yang mencintai
Al Quran dan hidup sesuai tuntunan Al Quran.
Membaca buku ini bisa menambah motivasi keluarga muslim untuk makin mencintai Al Quran. Bukan hanya orang tua, anak-anak pun perlu membacanya karena teladan Husein bisa memotivasi mereka makin giat belajar Al Quran. Syukur-syukur bisa menjadi hafiz cilik seperti Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i.
Membaca buku ini bisa menambah motivasi keluarga muslim untuk makin mencintai Al Quran. Bukan hanya orang tua, anak-anak pun perlu membacanya karena teladan Husein bisa memotivasi mereka makin giat belajar Al Quran. Syukur-syukur bisa menjadi hafiz cilik seperti Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i.
Bagi para remaja, perlu
disimak pesan Husein tentang cara pandang seorang remaja terhadap Al Quran.
Menurut dia, pandangan seorang remaja terhadap Al Quran haruslah seperti
pandangan terhadap minyak wangi. Ketika kita keluar rumah, tentu kita selalu
ingin wangi dan menggunakan minyak wangi. Kita juga harus berusaha mengharumkan
jiwa dengan membaca dan menghayati Al Quran. Seorang remaja, kata Husein, harus
menyimpan Al Quran di dadanya supaya sedikit demi sedikit perilaku dan
pembicaraannya dipengaruhi oleh Al Quran.
Bahasa yang digunakan buku
ini mudah dimengerti. Pada buku ini ada percakapan anatara Husain dengan
penanya yang memudahkan kita untuk mengerti isi dari buku ini.
Dibuku ini juga dicantumkan
bagaimana motivasi yang benar dalam menghafal Al-Qur'an, sehingga anak-anak
tidak sekedar bisa hafal mengucapkan ayat-ayat Qur'an tanpa salah tapi tidak
tau maknanya. Bahwa motivasi yang benar dalam menghafal Qur'an adalah demi
mencapai ketenangan dalam hidup. Anak-anak yang menghafal Al-Quran akan
menjadikan Quran sebagai panduan hidupnya ditengah kehidupan masa kini yang
telah penuh kemaksiatan, keboborokan moral.
Dibuku ini diuraikan pula
metode-metode yang menyenangkan untul menghafal dan memahami Al-Qur'an, seperti
metode isyarat tangan yang diajarkan ayahanda Husein kepada Husein ketika dalam
proses menghafalkan Qur'an, metode bermain dan bercerita.
Saya rekomendasikan buku ini
untuk dibaca, disana akan banyak hikmah yang kita temui, yang menggugah
kesadaran dan memberi semangat kita untuk kembali kepada Al-Qur'an.
assalamualaikum, bolehkah saya meminjam buku metode doktor cilik untuk bahan penelitian karena buku tersebut sudah tidak dijual dimanapun, terimakasih untuk bantuannya, wasalam
BalasHapussaya punya, hanya saja sudah saya sumbangkan...jikalau saudari mau bisa saya minta pinjamkan di jurusan saya, saya di makassar...
BalasHapusMba della bolehkah mba bantu says untuk meminjamkan buku metode doktor cilik pada teman mba? Sy sangat membutuhkannya untuk melengkapi skripsi saya, sy dibandung, alamat saya di kp rancakendal rt 02 rw 04 ds jelegong kec rancaekek kab. Bandung, rumah pa samsudin kode pos 40394
HapusMohon maaf mba khairilasnan maksud saya, terimakasih sebelumnya
HapusMba della bolehkah mba bantu says untuk meminjamkan buku metode doktor cilik pada teman mba? Sy sangat membutuhkannya untuk melengkapi skripsi saya, sy dibandung, alamat saya di kp rancakendal rt 02 rw 04 ds jelegong kec rancaekek kab. Bandung, rumah pa samsudin kode pos 40394
HapusSaya sebenernya sudah lupa buku itu ada dimana. Cuma nanti saya tanya dulu ke teman2 saya yaaa..
BalasHapusafwan, ada yang bahas lebih lengkap tentang kondisi psikologisnya mnghafal mnggunakan metode isyarat tangan ersebut ? kalau ada hubngi pin bbm 2944a67f
BalasHapusPengen bukunya buat memotivasi para orang tua
BalasHapus