Pahlawan Nasional dianggap
sebagai gelar penghargaan tertinggi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2009. Sosok yang dianugerahi gelar pahlawan
nasional harus melewati beberapa langkah dan mendapatkan persetujuan pada tiap
tingkatan, mulai dari Kabupaten, Gubernur, Kementerian Sosial hingga Presiden.
Sejak tahun 2000, pemberian gelar ini dilakukan lewat upacara setiap Hari
Pahlawan. Tercatat 159 orang telah diangkat sebagai pahlawan nasional, terdiri
dari 147 pria dan 12 wanita. Berikut beberapa biografi pahlawan nasional
Republik Indonesia.
Salah
seorang Pahlawan Nasional yang dikukuhkan pertama kali oleh Presiden RI,
Soekarno. Beliau adalah seorang politikus, wartawan sekaligus sastrawan yang
lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat pada 3 Juli 1883 dan meinggal di
Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 di usianya yang ke-75. Ayahnya adalah seorang
demang yang menentang keras kebijakan Belanda di daerah Agam. Abdul Muis merupakan
pengurus Sarekat Islam dan mendirikan komite Bumiputera bersama Ki Hadjar
Dewantara. Beberapa kali dipenjara karena dianggap menghasut rakyat menolak
kerja rodi dan menentang pajak yahg memberatkan masyarakat Minangkabau,
dilarang tinggal di Sumatera Barat dan diasingkan di Garut, Jawa Barat.
Di
sana ia menyelesaikan salah satu karyanya yang terkenal: Salah Asuhan. Paska
kemerdekaan, ia memusatkan perhatiannya pada masyarakat Sunda dan pembangunan
Jawa Barat. Kini, beliau dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.
Beliau
merupakan pahlawan nasional dari daerah Banjarmasin. Sultan Banjar yang semasa
mudanya bernama Gusti Inu Kartapati ini lahir sekitar tahun 1809 di Kayu Tangi,
Kesultanan Banjar dan meninggal pada umur 53 tahun di Bayan Begok.
Memiliki 11 orang anak, terdiri dari 3 putera dan 8 puteri. Pangeran
Antasari berjuang melawan Belanda dengan gagah berani. Berbagai upaya dilakukan
pihak Belanda untuk membujuk Pangeran Antasari supaya menyerah namun selalu
gagal.
Beliau
wafat setelah menderita sakit paru-paru dan cacar. Perjuangannya diteruskan
oleh puteranya, Muhammad Seman. Untuk mengenang jasanya, Kalimantan Selatan
dijuluki Bumi Antasari dan diabadikan dalam uang kertas nominal Rp2000
Biografi pahlawan nasional : Sisingamangaraja XII
Raja
Batak Toba ini dikenal dengan taktik gerilyanya yang memusingkan Belanda.
Dilahirkan pada tahun 1845 dan meninggal 62 tahun kemudian. Raja yang bergelar
Ompu Pulo Batu ini nama kecilnya adalah patuan Bosar. Beliau menentang praktek
monopoli Belanda di tanah Batak dan melancarkan taktik gerilya ke setiap
pos-pos Belanda. Sisingamangaraja menghembuskan nafas terakhirnya di desa Si
Onom Hudon. Dalam keadaan terdesak, beliau masih pantang menyerah. Akhirnya
sebuah peluru Belanda bersarang di dadanya. Kedua putera dan seorang puterinya
juga turut gugur pada saat itu. Setelah wafat mayat diarak untuk dipertontonkan
pada masyarakat Toba dan dimakamkan Belanda secara militer di Silindung. Saat
ini makamnya telah dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Balige. Untuk
mengenang kepahlawanannya, hampir di seluruh Indonesia, namanya dipergunakan
sebagai nama jalan.
Dikenal
juga sebagai Thomas Matulessy, putra Maluku kelahiran 1873. Berdasarkan penulis
biografi versi pemerintah, M. Sapija, Pattimura merupakan keturunan bangsawan.
Kakeknya adalah putra raja di daerah kepulauan Seram. Sempat mengenyam
pendidikan militer berpangkat sersan di kemiliteran Inggris. Tahun 1816,
Inggris menyerahkan kekuasaannya pada pihak Belanda dan mulai menetapkan
kebijakan-kebijakan politik yang memberatkan rakyat Maluku. Para petinggi
setempat serta rakyat Maluku akhirnya mengangkat senjata melawan kebijakan
tersebut. Oleh sekitarnya, Pattimura kemudian diangkat sebagai pemimpin karena
pengalamannya di dunia militer. Berkat kepiawannya mengatur strategi, logistik
dan membangun benteng pertahanan, ia berhasil menarik perhatian
kerajaan-kerajaan di ternate, Tidore, Bali, Jawa, dan Bali. Perang berskala
besar ini meliputi peperangan darat dan laut. Belanda akhirnya berhasil
menangkap Pattimura setelah melancarkan politik adu domba serta tipu muslihat
dan mengirimnya ke tiang gantungan pada 16 Desember 1817.
Beliau
adalah salah seorang pendiri bangsa Indonesia, proklamator, pencetus Pancasila
sekaligus bapak bangsa. Lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dengan nama Koesno
Sosrodihardjo. Karena sering sakit-sakitan, maka saat berumur lima tahun,
namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo.
Ibunya adalah Ida Ayu Nyoman Rai, keturunan bangsawan Bali. Masa kecil Soekarno
dihabiskan di Tulung Agung bersama kakeknya, Raden Hardjokromo. Setelah
menyelesaikan pendidikan sekolahnya, Soekarno memilih untuk melanjutkan
studinya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini ITB) mengambil jurusan
Teknik Sipil. Di masa mudanya, beliau sangat aktif di beberapa organisasi
seperti Jong Java, Jawa Hokkokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan
PPKI. Aktifitas inilah yang mempertemukannya dengan Mohammad Hatta dan
membawanya aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia seperti merumuskan
Pancasila, UUD 1945, dasar-dasar pemerintahan Indonesia meliputi perumusan
naskah proklamasi kemerdekaan. Sinar sang Putera Fajar ini mulai meredup
tatkala merebaknya aksi G30S/PKI. Penyebabnya adalah keputusan beliau yang
menolak membubarkan PKI karena bertentangan dengan paham Nasakom (Nasional,
Agama, dan Komunisme). Seiring dengan itu kesehatannya pun memburuk. Sang
Proklamator didiagnosa mengidap gangguan ginjal dan disarankan untuk menjalani
langkah medis namun menolak dan memilih untuk tetap menjalani pengobatan
tradisional. 5 tahun kemudian, tepatnya 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan
nafas terakhirnya. Beliau dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Pemerintah kemudian
menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Dilahirkan
di Yogyakarta, 21 April 1879 dan meninggal di Ngawi, 20 September 1952. Beliau
memiliki nama lengkap dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Rajiman
Wedyodiningrat dan juga adalah seorang dokter. Gelar tersebut diperolehnya
lantaran prihatin akan wabah penyakit pes yang melanda masyarakat Ngawi pada
saat itu dan beliau juga secara khusus mempelajari ilmu kandungan demi
menyelamatkan para ibu yang banyak meninggal karena melahirkan. Dr.Radjiman
juga adalah salah seorang pendiri organisasi Boedi Oetomo dan pernah menduduki
jabatan ketua pada tahun 1914-1915. Ikut terlibat dalam pencetusan ideologi
bangsa, Pancasila dan kemudian dicatatnya dalam sebuah pengantar penerbitan
buku Pancasila pertama tahun 1948. Setelah Indonesia merdeka, beliau sempat
menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung, KNIP dan pemimpin siding DPR pertama
ketika Indonesia kembali menjadi Negara kesatuan dari Republik Indonesia
Serikat. Dr. Radjiman dinobatkan menjadi pahlawan nasional tahun 2013.
Referensi :
http://9wiki.net/biografi-pahlawan-nasional/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar